STUDI dalam beberapa tahun terakhir semakin mengukuhkan bahwa
berjalan tergopoh-gopoh dan bukan jalan santai memang memberi banyak
manfaat bagi kesehatan kita. Inilah sembilan manfaat yang dapat
diperoleh dari aktivitas jalan kaki
1. Serangan Jantung.
Pertama-tama tentu menekan risiko
serangan jantung. Kita tahu otot jantung membutuhkan aliran darah lebih
deras (dari pembuluh koroner yang memberinya makan) agar bugar dan
berfungsi normal memompakan darah tanpa henti. Untuk itu, otot jantung
membutuhkan aliran darah yang lebih deras dan lancar. Berjalan kaki
tergopoh-gopoh memperderas aliran darah ke dalam koroner jantung. Dengan
demikian kecukupan oksigen otot jantung terpenuhi dan otot jantung
terjaga untuk bisa tetap cukup berdegup.
Bukan hanya itu. Kelenturan
pembuluh darah arteri tubuh yang terlatih menguncup dan mengembang akan
terbantu oleh mengejangnya otot-otot tubuh yang berada di sekitar
dinding pembuluh darah sewaktu melakukan kegiatan berjalan kaki
tergopoh-gopoh itu. Hasil akhirnya, tekanan darah cenderung menjadi
lebih rendah, perlengketan antarsel darah yang bisa berakibat gumpalan
bekuan darah penyumbat pembuluh juga akan berkurang.
Lebih dari itu, kolesterol baik
(HDL) yang bekerja sebagai spons penyerap kolesterol jahat (LDL) akan
meningkat dengan berjalan kaki tergopoh-gopoh. Tidak banyak cara di luar
obat yang dapat meningkatkan kadar HDL selain dengan bergerak badan.
Berjalan kaki tergopoh-gopoh tercatat mampu menurunkan risiko serangan
jantung menjadi tinggal separuhnya.
2. Stroke.
Kendati manfaat berjalan kaki
tergopoh-gopoh terhadap stroke pengaruhnya belum senyata terhadap
serangan jantung koroner, beberapa studi menunjukkan hasil yang
menggembirakan. Tengok saja bukti alami nenek-moyang kita yang lebih
banyak melakukan kegiatan berjalan kaki setiap hari, kasus stroke zaman
dulu tidak sebanyak sekarang. Salah satu studi terhadap 70 ribu perawat
(Harvard School of Public Health) yang dalam bekerja tercatat melakukan
kegiatan berjalan kaki sebanyak 20 jam dalam seminggu, risiko mereka
terserang stroke menurun duapertiga.
3. Berat badan stabil.
Ternyata dengan membiasakan
berjalan kaki rutin, laju metabolisme tubuh ditingkatkan. Selain
sejumlah kalori terbuang oleh aktivitas berjalan kaki, kelebihan kalori
yang mungkin ada akan terbakar oleh meningkatnya metabolisme tubuh,
sehingga kenaikan berat badan tidak terjadi.
4. Menurunkan berat badan.
Ya, selain berat badan
dipertahankan stabil, mereka yang mulai kelebihan berat badan, bisa
diturunkan dengan melakukan kegiatan berjalan kaki tergopoh-gopoh itu
secara rutin. Kelebihan gajih di bawah kulit akan dibakar bila rajin
melakukan kegiatan berjalan kaki cukup laju paling kurang satu jam.
5. Mencegah kencing manis.
Ya, dengan membiasakan berjalan
kaki melaju sekitar 6 km per jam, waktu tempuh sekitar 50 menit,
ternyata dapat menunda atau mencegah berkembangnya diabetes Tipe 2,
khususnya pada mereka yang bertubuh gemuk (National Institute of
Diabetes and Gigesive & Kidney Diseases).
Sebagaimana kita tahu bahwa kasus
diabetes yang bisa diatasi tanpa perlu minum obat, bisa dilakukan
dengan memilih gerak badan rutin berkala. Selama gula darah bisa
terkontrol hanya dengan cara bergerak badan (brisk walking), obat tidak
diperlukan. Itu berarti bahwa berjalan kaki tergopoh-gopoh sama
manfaatnya dengan obat antidiabetes.
6. Mencegah osteoporosis.
Betul. Dengan gerak badan dan
berjalan kaki cepat, bukan saja otot-otot badan yang diperkokoh,
melainkan tulang-belulang juga. Untuk metabolisme kalsium, bergerak
badan diperlukan juga, selain butuh paparan cahaya matahari pagi. Tak
cukup ekstra kalsium dan vitamin D saja untuk mencegah atau memperlambat
proses osteoporosis. Tubuh juga membutuhkan gerak badan dan memerlukan
waktu paling kurang 15 menit terpapar matahari pagi agar terbebas dari
ancaman osteoporosis.
Mereka yang melakukan gerak badan
sejak muda, dan cukup mengonsumsi kalsium, sampai usia 70 tahun
diperkirakan masih bisa terbebas dari ancaman pengeroposan tulang.
7. Meredakan encok lutut.
Lebih sepertiga orang usia lanjut
di Amerika mengalami encok lutut (osteoarthiris). Dengan membiasakan
diri berjalan kaki cepat atau memilih berjalan di dalam kolam renang,
keluhan nyeri encok lutut bisa mereda. Untuk mereka yang mengidap encok
lutut, kegiatan berjalan kaki perlu dilakukan berselang-seling, tidak
setiap hari. Tujuannya untuk memberi kesempatan kepada sendi untuk
memulihkan diri.
Satu hal yang perlu diingat bagi
pengidap encok tungkai atau kaki: jangan keliru memilih sepatu olahraga.
Kita tahu, dengan semakin bertambahnya usia, ruang sendi semakin
sempit, lapisan rawan sendi kian menipis, dan cairan ruang sendi sudah
susut. Kondisi sendi yang sudah seperti itu perlu dijaga dan dilindungi
agar tidak mengalami goncangan yang berat oleh beban bobot tubuh,
terlebih pada yang gemuk.
Bila bantalan (sol) sepatu
olahraganya kurang empuk, sepatu gagal berperan sebagai peredam
goncangan (shock absorber). Itu berarti sendi tetap mengalami beban
goncangan berat selama berjalan, apalagi bila berlari atau melompat. Hal
ini yang memperburuk kondisi sendi, lalu mencetuskan serangan nyeri
sendi atau menimbulkan penyakit sendi pada mereka yang berisiko terkena
gangguan sendi.
Munculnya nyeri sendi sehabis
melakukan kegiatan berjalan kaki, bisa jadi lantaran keliru memilih
jenis sepatu olahraga. Sepatu bermerek menentukan kualitas bantalannya,
selain kesesuaian anatomi kaki. Kebiasaan berjalan kaki tanpa alas kaki,
bahkan di dalam rumah sekalipun, bisa memperburuk kondisi sendi-sendi
tungkai dan kaki, akibat beban dan goncangan yang harus dipikul oleh
sendi.
8. Depresi.
Ternyata bergerak badan dengan
berjalan kaki cepat juga membantu pasien dengan status depresi. Berjalan
kaki tergopoh-gopoh bisa menggantikan obat antidepresan yang harus
diminum rutin. Studi ihwal terbebas dari depresi dengan berjalan kaki
sudah dikerjakan lebih 10 tahun.
9. Kanker
Kanker juga dapat dibatalkan
muncul bila kita rajin berjalan kaki, setidaknya jenis kanker usus besar
(colorectal carcinoma). Kita tahu, bergerak badan ikut melancarkan
peristaltik usus, sehingga buang air besar lebih tertib. Kanker usus
dicetuskan pula oleh tertahannya tinja lebih lama di saluran pencernaan.
Studi lain juga menyebutkan peran berjalan kaki terhadap kemungkinan
penurunan risiko terkena kanker payudara.
Sumber : kompas
0 comments:
:)) :)] ;)) ;;) :D ;) :p :(( :) :( :X =(( :-o :-/ :-* :| 8-} ~x( :-t b-( :-L x( =))
Post a Comment